Minggu, 23 April 2017

LAPORAN PRAKTIKUM TITRASI ASAM BASA : VOLUMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
Mata Kuliah : PRAKTIKUM KONSEP LARUTAN DAN BIOORGANIK
I.              JUDUL PERCOBAAN : TITRASI ASAM BASA : VOLUMTERI
II.           TUJUAN PERCOBAAN :
1.      Mengetahui perbedaan titik akhir dengan titik ekuivalen.
2.      Mengetahui cara melakukan titrasi asam-basa.
3.      Mengetahui konsentrasi larutan yang di titrasi.
III.        TINJAUAN TEORITIS:
KELAYAKAN TITRASI ASAM-BASA
a.       Besarnya tetapan kesetimbangan. Konsentrasi zat yang di titrasi dan titran mempengaruhi besarnya  dan pada kondisi tertentu seorang analis bisa puas dengan kepresisian yang kurang dariapda yang kita sebutkan diatas.
b.      Pengaruh konsentrasi. Besarnya  pada titik ekivalen juga bergantung pada konsentrasi dan titran. Dengan berkurangnya konsentrasi dan titran, berkurang pulan . (Underwood, 1998).
Haryadi (1986) menyebutkan bila suatu indikator digunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka:
1.      Indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat.
2.      Perubahan warna itu harus terjadi secara mendadak, agar tidak ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan (Harjanti, 2008)
TITRASI YANG MELIBATKAN ASAM KUAT DAN BASA KUAT
                        Penambahan basa kuat ke dalam asam kuat (atau sebaliknya) adalah jenis titrasi yang paling sederhana. Titik akhir titrasinya (volume yang diukur secara eksperimen dimana indikator berubah warna) dengan demikian hampir sama dengan titik ekivalen (volume teoritis dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah awal asam yang ada).
                        Titrasi basa kuat dengan asam kuat sangatlah mirip. Dalam hal ini, pH mulai bergerak pada nilai yang lebih tinggi dan jatuh dibawah pH 7 pada titik ekivalen. Fungsi asam dan basa, bertukar dalam persamaan yang telah diberikan.
TITRASI ASAM LEMAH DAN BASA LEMAH
Titik ekivalen mempunyai arti yang sama seperti dalam titrasi asam kuat. Pada titik ekivalen, jumlah basa yang ditambahkan (dalam volume Vc) sama dengan jumlah asam awal yang ada (dalam volume Vo) sehingga sekali lagi.
CoVo = CtVc
Dimana Co adalah konsentrasi asam lemah awal dan Ct adalah konsentrasi  dalam larutan titrasi (Oxtoby, 1998).
                        Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisa kuantitatif yang sangat penting penggunaannya dalam menetukan konsentrasi zat yang ada dalam larutan (Harjanti, 2008).
IV.        ALAT DAN BAHAN :
1.      ALAT
No.
Nama Alat
Ukuran
Jumlah
1
Buret
50 ml
1
2
Pipet Ukur
10 ml
1
3
Erlenmeyer
250 ml
1
2.      BAHAN
No
Nama Bahan
Rumus Kimia
Wujud
Warna
Konsentrasi
Jumlah
1
Air Suling
H2O
Cair
Bening
-
15 ml
2
Natrium Hidroksida
NaOH
Larutan
Bening
0,1 M
81,2 ml
3
Fenolftalein
C2H14O4
Larutan
Bening
-
10 ml
4
Asam Klorida
HCl
Larutan
Bening
0,1 M
30 ml
5
Asam Asetat
CH3COOH
Larutan
Bening
9%
4 ml
V.           PROSEDUR KERJA
Standarisasi larutan NaOH 0,1 M


Isi buret dengan larutan NaOH sampai mencapai angka nol.

Masukkan 10 ml HCl ke dalam setiap erlenmeyer.

Tambahkan masing-masing 5 ml air suling, 2 tetes PP. Catat volume awal NaOH pada buret, alirkan sedikit demi sedikit NaOH pada erlenmeyer pertama. Catat volume akhir dalam buret.

Isi buret kembali dan titrasi contoh pada erlenmeyer kedua dan ketiga.
Hasil Pengamatan :
10 ml HCl + 5 ml H2O + 2 tetes PP:
Erlenmeyer 1: NaOH 10 ml
Erlenmeyer 2: NaOH 9,8 ml
Erlenmeyer 3 : NaOH 10 ml

2 ml CH3COOH + 2 tetes PP + 5 ml H2O:
Erlenmeyer 1 : 35,6 ml
Erlenmeyer 2 :14,9 ml
Erlenmeyer 3 : 12 ml
VI.        HASIL PERCOBAAN/REAKSI-REAKSI/PEMBAHASAN :
I.         Standarisasi NaOH
-       Hasil Percobaan
Erlenmeyer
Molaritas HCl
Volume HCl
Volume NaOH
I
0,1 M
10 ml
10 ml
II
0,1 M
10 ml
9,8 ml
III
0,1 M
10 ml
10 ml
-       Reaksi- Reaksi
-       Pembahasan
1.    Penentuan M NaOH
·      Erlenmeyer I
VHCl = 0,01 L
VnaOH = 0,01 L
nHCl = M.V
nHCl = (0,1) (0,01)
nHCl = 0,001 mol
(MHCl) (VHCl) =  (MNaOH) (VNaOH)
(0,1) (0,01) = (MNaOH) (0,01)
MNaOH = 0,1 M
·      Erlenmeyer II
VHCl = 0,01 L
VnaOH = 0,0098 L
nHCl = M.V
nHCl = (0,1) (0,01)
nHCl = 0,001 mol
(MHCl) (VHCl) =  (MNaOH) (VNaOH)
(0,1) (0,01) = (MNaOH) (0,0098)
MNaOH = 0,1 M
·      Erlenmeyer III
VHCl = 0,01 L
VnaOH = 0,01 L
nHCl = M.V
nHCl = (0,1) (0,01)
nHCl = 0,001 mol
(MHCl) (VHCl) =  (MNaOH) (VNaOH)
(0,1) (0,01) = (MNaOH) (0,01)
MNaOH = 0,1 M
2.    Penentuan mol NaOH
·      Erlenmeyer I
nNaOH = M . V(L)
nNaOH = 0,1 . 0,01
nNaOH = 0,001 mol
nNaOH =
·      Erlenmeyer II
nNaOH = M . V(L)
nNaOH = 0,1 . 0,0098
nNaOH = 0,00098 mol
nNaOH =
·      Erlenmeyer III
nNaOH = M . V(L)
nNaOH = 0,1 . 0,01
nNaOH = 0,001 mol
nNaOH =
3.    Molaritas Rata-Rata NaOH (MNaOH)

4.    Mol rata-rata NaOH (nNaOH)

II.      % Asam Asetat dalam Cuka
-       Hasil Percobaan
Erlenmeyer
VCH3COOH
MNaOH
VNaOH
I
2 ml
0,1 M
35,6 ml
II
2 ml
0,1 M
14,9 ml
III
2 ml
0,1 M
12 ml

-       Reaksi-Reaksi
-       Pembahasan
1.    Volume NaOH rata-rata
V1 = 35,6 ml = 0,0356 L
V2 = 14,9 ml = 0,0149 L
V3 = 12 ml = 0,012 L
2.    Massa CH3COOH awal
MCH3COOH = 1,008 . 2
MCH3COOH = 2,016 gr
3.    Molaritas CH3COOH (sebelum diencerkan)
V = 2 ml = 0,002 L
4.    Molaritas pengenceran
Ø  Molaritas CH3COOH (setelah diencerkan)
·         Erlenmeyer I
(MNaOH) (VNaOH) = (Mcuka) (Vcuka)
(0,1 M) (0,0356 L) = (Mcuka) (0,002 L)
(0,00356) = (Mcuka) (0,002)
Mcuka =
Mcuka = 1,78 M
nNaOH = (M) (V(L))
nNaOH = (1,78) (0,0356)
nNaOH = 0,063 mol
nNaOH = 63 mol
·         Erlenmeyer II
(MNaOH) (VNaOH) = (Mcuka) (Vcuka)
(0,1 M) (0,0149 L) = (Mcuka) (0,002 L)
(0,00149) = (Mcuka) (0,002)
Mcuka =
Mcuka = 0,745 M
nNaOH = (M) (V(L))
nNaOH = (0,745) (0,0149)
nNaOH = 0,011 mol
nNaOH = 11 mol
·         Erlenmeyer III
(MNaOH) (VNaOH) = (Mcuka) (Vcuka)
(0,1 M) (0,012 L) = (Mcuka) (0,002 L)
(0,0012) = (Mcuka) (0,002)
Mcuka =
Mcuka = 0,6 M
nNaOH = (M) (V(L))
nNaOH = (0,6) (0,012)
nNaOH = 0,0072 mol
nNaOH = 7,2 mol
Ø  Massa Akhir asam asetat
·         Erlenmeyer I
·      Erlenmeyer II
·         Erlenmeyer III
5.    % Asetat dalam cuka
·      Erlenmeyer I
·      Erlenmeyer II
·      Erlenmeyer III
VII.     KESIMPULAN
1.      Titik ekivalen adalah titik dimana jumlah mol ion  sama dengan ion . Sementara titik akhir adalah perubahan warna ketika dititrasi.
2.      Cara melakukan titrasi asam-basa adalah menetesi larutan NaOH dari buret kedalam larutan HCl. Pada erlenmeyer yang telah diketahui konsentrasi dan volumenya. Larutan NaOH ditetesi hingga larutan HCl berubah menjadi warna lembayung.
3.      Standarisasi NaOH:
-          Erlenmeyer I : NaOH 0,1 M ; HCl 0,1 M
-          Erlenmeyer II : NaOH 0,1 M ; HCl 0,1 M
-          Erlenmeyer III : NaOH 0,1 M ; HCl 0,1 M
Percobaan % asam asetat pada cuka
-          Erlenmeyer I : NaOH 0,1 M
-          Erlenmeyer II : NaOH 0,1 M
-          Erlenmeyer III : NaOH 0,1 M
VIII.  JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS
1.      Hasil standarisasi larutan NaOH dengan menggunakan larutan HCl dan kenapa tidak diketahui hasilnya karena larutan dengan menggunakan KNP tidak dipraktikumkan.
2.      Dalam titrasi NaOH dengan cuka diperlukan waktu yang lama untuk memperoleh perubahan warna karena CH3COOH merupakan asam lemah sehingga membutuhkan volume NaOH yang lebih banyak dibandingkan volume cuka.
3.      Agar titrasi berlangsung dengan cepat maka hal yang harus dilakukan adalah dengan menambahkan indikator fenolftalein dan penggunaan larutan standar yang lebih sedikit.
4.      Agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen, yang harus dilakukan adalah dengan menambah indikator PP. Pengamatan untuk titrasinya adalah menghasilkan warna lembayung. Jika erlenmeyer diguncang warna lembayung akan hilang. Maka titik akhir sudah dekat. Titik akhir tercapai jika warna lembayung tercapai dapat bertahan dalam 3 detik.
5.      Indikator begitu penting dalam titrasi karena indikator merupakan zat yang berfungsi untuk memberikan tanda terlihatnya titik ekivalen.
6.      Tidak melakukan percobaan.
7.     
IX.        DAFTAR PUSTAKA
Harjanti, R.S.(2008). Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Cucurma domestica val.) dan Pemakaiannya sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses. 2(2):49-50
Oxtoby, D.W;dkk.(1998). Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Underwood, A.L; dkk.(1998). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar